Tape merupakan makanan fermentasi tradisional yang sudah tidak asing lagi. Tape dibuat dari beras, beras ketan, atau dari singkong (ketela pohon). Berbeda dengan makanan-makanan fermentasi lain yang hanya melibatkan satu mikroorganisme yang berperan utama, seperti tempe atau minuman alkohol, pembuatan tape melibatkan banyak mikroorganisme.


* Makanan ringan yang terbuat dari singkong, dengan rasa asin, gurih, dan renyah

* Netto : 150 gr


Bahan:
700g beras ketan putih
200 g gula Jawa, sisir (dita-kalo mau lebih pekat, tambahin 150 gr gulanya trus gula pasirnya di skip)
75 g gula pasir
650 ml santan dari 11/2 butir kelapa parut
½ sdt garam
1 lembar daun pandan, potong-potong
(dita - gue tambahin 1 tsp bubuk jahe)

Cara membuat:
• Cuci beras ketan, rendam air selama 2 jam. Tiriskan

• Kukus ketan selama 30 menit atau hingga beras ketan setengah matang. Angkat.

• Rebus gula pasir, gula jawa, santan, garam, dan daun pandan. Masak hingga mendidih.

• Tambahkan ketan ke dalam rebusan santan. Masak sambil di aduk-aduk hingga santan terserap habis. Angkat.

• Kukus kembali ketan selama 20 menit atau hingga ketan benar-benar matang. Angkat.

• Tuang adonan wajik ke dalam loyang yang sudah dioles minyak atau dialas dengan plastic/daun pisang. Tekan dan ratakan. Setelah dingin, potong-potong. Sajikan.


Sebagai kota Getuk, tentu tak cuma getuktrio yang ada di Magelang. Ada lagi getuk lain yang dikenal sebagai Getuk Gondok. Untuk mendapatkan penjual Getuk Gondok biasanya kita harus ke pasar tradisional. Getuk Gondok pertama dan paling enak adalah di Pasar Rejowinangun depan Toko Florida. Di sinilah Getuk Gondok asli berada. Biarpun berjualan di pasar tradisional dan hanya di emperan jalan, tapi penggemarnya banyak. "Dalam sehari kalau sedang ramai seperti masa liburan atau akhir minggu, kami bisa menghabiskan singkong hingga 2 kuintal," jelas Ny. Sri Rahayu yang sudah berjualan getuk selama 15 tahun menggantikan sang ibu, Ny. Ali Mohtar.

Getuk ini mulai buka sejak pukul 5 pagi hingga sore hari sekitar pukul 4. Jenis getuk yang dijual berupa getuk pelangi, berwarna merah jambu, hijau, putih, dan coklat.


Kalau kita sempat berkunjung ke kota Magelang atau sekadar mampir sepulang berwisata ke Candi Borobudur, jangan lupa membawa oleh-oleh khas Magelang, Getuk Trio. Getuk berbahan dasar singkong ini memang hanya ditemukan di Magelang dan kota di sekitarnya saja. Disebut sebagai getuk Trio bukan saja merek dagangnya, melainkan juga karena getuknya terdiri dari tiga warna, putih, cokelat, dan merah jambu. Rasanya? Jelas enak, manis, dan gurih.

Getuk ini dibuat tanpa mempergunakan bahan pengawet, sehingga tidak membahayakan kesehatan tubuh. Getuk Trio ini hanya tahan dua hari saja. "Produksi hari ini dijual hari ini juga. Jadi dapat dipastikan anda akan mendapatkan getuk yang fresh dari produsen aslinya.


Harga : Rp 15.500





Tiwul,
sering diasumsikan dengan makanan kampung, ndeso, katrok gak ningrat dan makanan rakyat susah karena dulunya beras mahal hanya orang kaya dan petani yang bisa makan nasi. Tiwul adalah hasil olahan dari tepung ubi kayu(cassava) melalui proses tradisional, yaitu tepung cassava ditambahkan air hingga basah dan dibentuk butiran-butiran yang seragam dengan ukuran sebesar biji kacang hijau dan dikukus selama 20-30 menit. Dulu tiwul atau nasi tiwul dulu dikonsumsi sebagai makanan pokok seperti nasi beras padi atau dicampur dengan parutan kelapa sebagai jajanan. sekarang jarang bisa ditemui penjual tiwul ini cuman tempat2 tertentu atau daerah tertentu saja. Selain itu, tiwul dapat pula dikeringkan menjadi tiwul instan tradisional yang tahan disimpan lebih dari satu tahun cuman masalahnya orang sekarang jarang orang kota mengenal tiwul apalagi anak2 tak akan mengenal tiwul walaupun tiwul instan karena lebih mengenal bubur instan yang banayak mengandung MSG.
Bagi yang masih pengen dan melampiaskan kerinduan akan Tiwul, pergi saja ke Pandansari Desa Wonosari Wonosari Gunungkidul disitu ada tiwul buatan Tumiah atau mau yang instan juga ada tiwul instan produksi Pabrik Gunung Kidul.


Sudah jadi tradisi orang jawa dengan makanan yang manis manis. Ini dia salah satunya adalah Tape Ketan. makanan ini terbuat dari beras ketan yang dimasak kemudian di taburi ragi secukupnya kemudian di bungkus pakai daun pisang dan di diamkan selama 1 sampai 2hari. Alhasil proses fermentasi menjadikan tape ketan manis dengan warna yang menarik. Produk tape ketan yang terkenal adalah di seputaran kota muntilan. Jika anda berkujung ke daerah magelang ataupun jogja jangan lupa mampir ke daerah muntilan, asal anda tanya tape ketan masyarakat di sekitar daerah tersebut pasti tahu semua. Untuk anda pennderita sakit maag saya sarankan jangan terlalu banyak makan tape ketan. So marilah kita lestarikan budaya dan kuliner di sekitar kita.


Geplak, tak pelak lagi merupakan salah satu makanan khas Jogja. Mulanya dikenal sebagai jajanan khas Bantul, geplak kini juga menjadi salah satu trade mark Jogja.

Bahan utama geplak adalah kelapa. Kelapa ini diparut lalu dicampur dengan gula. Gula yang dipakai bisa gula kelapa, bisa gula tebu. Campuran ini lalu dibentuk menjadi bola-bola yang kemudian disangrai. Hanya begitu prosesnya. Sederhana sekali.

Seiring dengan permintaan konsumen, geplak kini dibuat dengan berbagai variasi rasa. Awalnya, hanya tersedia geplak gula kelapa dan geplak gula putih tanpa tambahan rasa. Kini tersedia juga geplak rasa vanili, cokelat, stroberi, dan durian.

Gula yang dipakai pun bukan lagi gula lokal Madukismo, satu-satunya pabrik gula yang masih tersisa di Bantul. Yang dipakai hanya gula tebu yang warnanya putih bersih. Pasalnya, kalau gula tebunya berwarna kelabu, warna geplaknya pun ikut menjadi kelabu. Tidak menarik.

Aneka pilihan rasa geplak itu dijual kiloan. Harganya Rp 16.000,- per kilo. Setelah ditimbang, geplak ini dimasukkan ke dalam besek (anyaman bambu). Dari sekian banyak varian, geplak rasa durian paling favorit di kalangan pembeli. Makanan ini tergolong awet. Sampai satu bulan pun geplak tetap tidak tengik.

Related Posts with Thumbnails